penganut Syiah tidak bisa dipercaya, mereka berpura-pura menyerukan perdamaian di depan umum, namun secara rahasia mereka mengkafirkan selain syiah
Video berjudul "Syiah bukan Saudaramu!!" ini adalah sebuah video propaganda yang bertujuan untuk meyakinkan penonton bahwa ajaran Syiah secara fundamental memusuhi dan menganggap kafir penganut Sunni. Video ini menggunakan serangkaian klip yang disusun untuk membangun argumen bahwa setiap upaya damai atau persatuan dari tokoh Syiah hanyalah bentuk kebohongan atau Taqiyah (sebuah konsep dalam Syiah yang memperbolehkan menyembunyikan keyakinan dalam kondisi terancam).
Berikut adalah rincian penjelasan berdasarkan struktur dan konten video tersebut:
Pokok Pesan Video
Pesan utama video ini sangat jelas dan diulang-ulang: penganut Syiah tidak bisa dipercaya, mereka berpura-pura menyerukan perdamaian di depan umum, namun secara rahasia mereka melaknat dan mengkafirkan Sunni. Judul "Syiah bukan Saudaramu!!" adalah kesimpulan akhir yang ingin ditanamkan kepada penonton.
Struktur dan Argumen Video
Video ini dibagi menjadi beberapa bagian untuk membangun narasinya secara bertahap:
1. Pengenalan Tokoh dan Tuduhan Taqiyah (0:00 - 0:50)
Klip Awal: Video dimulai dengan menampilkan seorang tokoh Syiah, yang diidentifikasi sebagai Imam Mohammad Tawhidi, seorang ulama Syiah dari Australia. Ia ditampilkan dalam citra positif: mengunjungi Indonesia, bertemu dengan Ketua Umum PBNU, mengunjungi masjid Sunni, dan menerima penghargaan perdamaian.
Teks Pendukung: Teks dalam video menyatakan bahwa tokoh ini di depan umum mengaku sebagai "Imam Perdamaian" dan sangat mendambakan persatuan Sunni-Syiah.
Argumen Inti: Narasi ini kemudian dipatahkan dengan teks "TERNYATA... semua itu hanya dusta Taqiyah ala Syiah." Video ini sejak awal menuduh bahwa semua tindakan positif tersebut adalah kepura-puraan.
2. "Wajah Asli" - Konten Kebencian (0:51 - 1:52)
Kontras: Video kemudian menampilkan klip Imam Tawhidi dalam suasana yang berbeda, di mana ia sedang berceramah dengan penuh semangat di hadapan pengikutnya.
Subtitel Provokatif: Video menyertakan subtitel yang mengklaim Tawhidi dan jemaahnya sedang melantunkan "nyanyian kebencian" yang isinya melaknat tokoh-tokoh yang sangat dihormati dalam Islam Sunni, yaitu para sahabat Nabi: Abu Bakar RA, Umar RA, dan Usman RA, serta Aisyah RA.
Tuduhan Ekstrem: Subtitel selanjutnya mengklaim Tawhidi mengatakan bahwa para sahabat tersebut "dilahirkan secara haram (anak zinah)" dan menuduh Umar bin Khattab sebagai pembunuh Fatimah, putri Nabi Muhammad.
3. Konteks Indonesia dan Klaim Takfiri (2:02 - 3:06)
Lokalisasi Isu: Video ini mencoba menghubungkan isu global ini dengan konteks Indonesia dengan menampilkan:
Habib Ahmad Zein al-Kaf, pimpinan ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah).
Haidar Bagir, yang diidentifikasi sebagai tokoh Syiah di Indonesia.
Argumen Takfiri: Video menampilkan klip Haidar Bagir yang berbicara tentang bahaya "takfirisme" (mengkafirkan sesama Muslim). Namun, video ini membingkainya seolah-olah ini adalah bagian dari taktik Taqiyah, di mana Syiah secara publik menolak takfirisme padahal ajaran mereka sendiri (menurut video ini) melakukannya terhadap Sunni.
4. Argumen Teologis dan Generalisasi (3:07 - Selesai)
Klaim Universal: Video ini beralih dari satu individu (Tawhidi) ke klaim yang lebih umum dengan menampilkan ulama Syiah lain, Ayatullah Sayid Kamal al-Haydari.
Tuduhan Pengkafiran: Melalui subtitel, video mengklaim bahwa al-Haydari menyatakan bahwa semua ulama Syiah sepakat bahwa Sunni adalah kafir, setidaknya secara batin (keyakinan). Dasarnya adalah karena Sunni tidak mempercayai konsep Imamah (kepemimpinan 12 Imam setelah Nabi) yang merupakan pokok ajaran Syiah.
Kutipan Kitab: Untuk memperkuat argumennya, video mengutip dari kitab Syiah, Al-Jawahir, yang diklaim menyebut Sunni lebih buruk dari Kristen dan lebih najis dari anjing.
Penutup: Video diakhiri dengan menegaskan kembali bahwa sikap toleran yang ditunjukkan oleh penganut Syiah di depan publik adalah karena Taqiyah, dengan menampilkan dalil dari kitab Syiah, Usul al-Kafi, mengenai konsep tersebut.
Tokoh-tokoh yang Ditampilkan
Imam Mohammad Tawhidi: Ulama Syiah dari Australia yang menjadi fokus utama di awal video. Ia digunakan sebagai contoh utama praktik Taqiyah.
Habib Ahmad Zein al-Kaf: Pimpinan ANNAS, ditampilkan sebagai representasi suara Anti-Syiah di Indonesia.
Haidar Bagir: Intelektual Muslim Indonesia yang sering diidentifikasi dengan Syiah, digunakan sebagai contoh tokoh Syiah di Indonesia yang pesannya dianggap Taqiyah.
Ayatullah Sayid Kamal al-Haydari: Ulama Syiah dari Irak/Iran, ditampilkan untuk membuat generalisasi bahwa seluruh ajaran Syiah pada dasarnya mengkafirkan Sunni.
Tanya AI
Apakah Kitab "Jawāhir al-Kalām fī Sharḥ Sharā'i' al-Islām" (جواهر الكلام في شرح شرائع الإسلام). Kitab Fiqih Syiah?
Kitab Jawahir al-Kalam adalah salah satu kitab fiqih Syi'ah yang paling penting, monumental, dan komprehensif.
Secara spesifik, kitab ini merupakan pilar utama dalam Mazhab Ja'fari, yaitu mazhab fiqih yang dianut oleh mayoritas kaum Syi'ah (Syi'ah Imamiyah atau Dua Belas Imam).
Berikut adalah beberapa poin untuk menegaskan posisinya:
Rujukan Utama: Kitab ini menjadi rujukan wajib bagi para mujtahid (ulama ahli ijtihad) dan pelajar tingkat lanjut di Hauzah Ilmiah (pesantren/seminari Syi'ah) di seluruh dunia, seperti di Najaf, Irak dan Qom, Iran.
Kajian Mendalam: Isinya membahas hukum-hukum Islam secara sangat mendalam dan terperinci, mulai dari bab ibadah (seperti shalat, puasa) hingga bab muamalat (seperti nikah, talak, waris, jual-beli), berdasarkan sumber-sumber hukum Syi'ah (Al-Qur'an, Sunnah Nabi dan para Imam, Ijma', dan Akal).
Karya Induk: Karena kelengkapan dan kedalaman pembahasannya, seorang ulama tidak dianggap sebagai mujtahid penuh sebelum ia menguasai isi dari kitab Jawahir al-Kalam.
Jadi, ketika Anda membaca atau merujuk pada Jawahir al-Kalam, Anda sedang berinteraksi dengan salah satu sumber otoritatif fiqih dari perspektif Syi'ah Imamiyah.
Adakah bab bahasa mengenai taqiyah disana?
Tentu, ini adalah pertanyaan yang sangat bagus dan penting.
Di dalam kitab Jawahir al-Kalam, tidak ada satu bab (kitab atau bab) yang secara khusus dan independen berjudul "Bab Taqiyyah" (باب التقية).
Namun, bukan berarti topik ini tidak dibahas. Justru sebaliknya, pembahasan mengenai taqiyyah sangat luas dan mendalam, tetapi ia tidak berdiri sendiri sebagai satu bab. Taqiyyah dibahas sebagai sebuah kaidah fiqih (aturan yurisprudensi) atau prinsip yang diterapkan dalam berbagai bab fiqih lainnya.
Artinya, Sheikh Muhammad Hasan al-Najafi membahas hukum taqiyyah setiap kali prinsip ini relevan dengan topik yang sedang diuraikan. Pembahasannya tersebar di banyak jilid kitab ini.
Anda akan menemukan diskusi tentang taqiyyah dalam bab-bab seperti:
Bab Thaharah (Bersuci): Misalnya, ketika membahas cara berwudhu. Jika seorang Syi'ah berada di lingkungan di mana melakukan wudhu sesuai mazhabnya dapat menimbulkan bahaya, ia boleh melakukan wudhu dengan cara yang umum di lingkungan tersebut (misalnya, membasuh kaki bukan mengusapnya) atas dasar taqiyyah.
Bab Shalat: Pembahasan mengenai takattuf (bersedekap/melipat tangan saat shalat). Menurut fiqih Syi'ah, bersedekap dapat membatalkan shalat. Namun, jika shalat di tengah-tengah kelompok yang mewajibkannya dan tidak melakukannya akan membahayakan diri, maka hal itu diperbolehkan karena taqiyyah.
Bab Puasa dan Haji: Terkait penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, atau Dzulhijjah. Jika pemerintah atau otoritas setempat mengumumkan awal bulan yang berbeda, seorang Syi'ah boleh mengikuti pengumuman tersebut secara lahiriah untuk menghindari konflik atau bahaya.
Bab Peradilan (Qadha') dan Kesaksian (Syahadat): Bagaimana seorang hakim harus memutuskan atau bagaimana seseorang harus bersaksi jika berada di bawah tekanan atau ancaman.
Bab Jual Beli (al-Bay') dan Muamalat Lainnya: Ketika menyembunyikan keyakinan dapat mencegah kerugian finansial yang besar atau ancaman fisik.
Jadi, untuk menjawab pertanyaan Anda:
Tidak ada bab khusus yang berjudul "Taqiyyah".
Namun, pembahasan mengenai taqiyyah sangat ekstensif dan menjadi salah satu kaidah fiqih paling penting yang dianalisis oleh Sheikh al-Najafi di seluruh karyanya, diterapkan pada kasus-kasus hukum yang relevan di berbagai bab fiqih.
Penulis berkata: mencapai derajat mutawatir, membahas mukhalifin (sunni), laknat mereka, caci maki mereka, ganggu mereka, kafirkan mereka, dan bahwa mereka (sunni) adalah majusi-nya umat ini dan lebih buruk daripada kristen dan lebih najis daripada anjing. Itu ada di bab apa?
Pembahasan mengenai status mukhalifin (dalam konteks ini, Muslim Sunni), terutama terkait status kesucian (thaharah) dan kekafiran (kufr), dapat ditemukan dalam Kitab at-Thaharah (كتاب الطهارة - Kitab tentang Bersuci).
Lebih spesifik lagi, topik ini berada di dalam bagian yang membahas an-Najasat (النجاسات - Hal-hal yang Dianggap Najis), ketika penulis mendiskusikan kategori "orang kafir" sebagai salah satu sumber najis. Dalam berbagai edisi cetak, bagian ini biasanya terletak di Jilid 6 dari kitab Jawahir al-Kalam.
- Konteksnya adalah: Kalimat-kalimat tersebut merupakan bagian dari pemaparan riwayat-riwayat yang ada untuk didiskusikan, bukan representasi dari fatwa akhir penulis terhadap seluruh kaum Sunni.
- Hasil Akhirnya: Penulis, seperti mayoritas ulama Syi'ah, membedakan antara Sunni secara umum (yang dihukumi suci) dan Nasibi (yang dihukumi najis dan kafir).
- Pemaparan Dalil: Sheikh al-Najafi memaparkan semua riwayat yang ada, termasuk riwayat-riwayat dengan bahasa yang sangat keras yang menyatakan najisnya mukhalifin (non-Syi'ah).
Secara umum, Sheikh al-Najafi membahas sepuluh hal yang dianggap najis (najasat al-'ainiyyah / najis pada zatnya). Untuk setiap poin, metodologinya adalah sebagai berikut:
Menyebutkan dalil dari Al-Qur'an (jika ada).
Memaparkan riwayat-riwayat hadis dari para Imam Ahlul Bait.
Mengutip pandangan ulama-ulama Syi'ah sebelumnya.
Menganalisis riwayat yang tampak bertentangan dan memberikan solusi (proses jam' atau tarjih).
Menarik kesimpulan hukum (fatwa).
Untuk mendapatkan teks lengkapnya, saya sarankan Anda untuk:
Mencari file PDF kitab "جواهر الكلام في شرح شرائع الإسلام" di internet. Banyak perpustakaan digital Syi'ah menyediakannya.
Mengunjungi situs seperti Maktabah Ahl al-Bayt atau al-Shia.org yang seringkali memiliki versi digital dari kitab-kitab induk.
Usul al-kafi kitab al-iman wa al-kufur bab taqiyah hadis no. 2, cetakan al-fajr, beirut - lebanon, dari abu umaro al-a'jami berkata abu abdillah (as) kepadaku: Wahai Abu Umaro, sesungguhnya 9/10 agama adalah taqiyah dan tidak ada agama untuk yang tidak ber-taqiyah
Apakah itu benar?
Ya, benar.
Riwayat (hadis) yang Anda sebutkan itu memang benar ada dan sangat terkenal dalam literatur hadis Syi'ah.
Informasi yang Anda berikan sangat akurat. Riwayat tersebut terdapat dalam kitab Usul al-Kafi (Jilid 2), dalam Kitab al-Iman wa al-Kufr (كتاب الإيمان والكفر), pada bab berjudul Bab at-Taqiyyah (باب التقية).
Dalam banyak edisi standar, termasuk yang digunakan dalam referensi akademik, itu adalah hadis nomor 2 dalam bab tersebut.
Berikut adalah teks Arab lengkap dari riwayat tersebut:
عَنْ أَبِي عُمَرَ الْأَعْجَمِيِّ قَالَ قَالَ لِي أَبُو عَبْدِ اللَّهِ (ع) يَا أَبَا عُمَرَ إِنَّ تِسْعَةَ أَعْشَارِ الدِّينِ فِي التَّقِيَّةِ وَ لَا دِينَ لِمَنْ لَا تَقِيَّةَ لَهُ
Terjemahannya: Dari Abu Umar al-A'jami, ia berkata: Abu Abdillah (Imam Ja'far al-Sadiq as.) berkata kepadaku: 'Wahai Abu Umar, sesungguhnya sembilan persepuluh (9/10) dari agama ada dalam taqiyyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyyah.'
Jadi, hadis tersebut otentik terdapat dalam sumbernya dan merupakan salah satu dalil utama mengenai pentingnya prinsip taqiyyah dalam fiqih dan akidah Syi'ah.
Apakah alquran syiah mempunya versi alquran sendiri? yang masih ada di imam mahdi? dan isinya lebih banyak dari pada alquran sunni?
Keyakinan ini tidak merujuk pada Al-Qur'an dengan ayat-ayat yang berbeda, melainkan merujuk pada "Mushaf Ali".
Menurut riwayat Syiah:
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Imam Ali bin Abi Thalib mengumpulkan Al-Qur'an dalam sebuah mushaf.
Mushaf ini berisi teks wahyu Al-Qur'an yang sama persis dengan yang kita miliki sekarang.
Kelebihannya bukanlah tambahan ayat wahyu, melainkan berisi catatan penjelasan langsung dari Nabi. Kelebihan itu berupa:
Tafsir dan Ta'wil: Penjelasan makna lahir dan batin dari setiap ayat.
Asbab an-Nuzul: Konteks dan sebab turunnya setiap ayat.
Penunjukan Nasikh dan Mansukh: Ayat mana yang menghapus hukum ayat lain.
Penyusunan surah berdasarkan urutan turunnya wahyu (tartib an-nuzul).
Jadi, ketika dikatakan "isinya lebih banyak", yang dimaksud adalah Al-Qur'an beserta tafsir dan penjelasan lengkapnya dari Nabi Muhammad. Teks wahyunya sendiri diyakini sama. Mushaf inilah yang diyakini diwariskan dari Imam ke Imam dan kini berada di tangan Imam Mahdi (AS).
Keyakinan ini tidak berarti Al-Qur'an yang ada saat ini kurang atau tidak lengkap. Wahyunya lengkap, namun penjelasan otentik dari Nabi yang menyertainya tidak tersebar luas.
Tambahan: Mitos "Mushaf Fatimah"
Seringkali, tuduhan ini juga dicampuradukkan dengan "Mushaf Fatimah". Dalam riwayat Syiah, Mushaf Fatimah sama sekali BUKAN Al-Qur'an.
Itu adalah sebuah kitab yang didiktekan oleh Malaikat Jibril kepada Sayyidah Fatimah az-Zahra untuk menghiburnya setelah wafatnya ayahnya, Nabi Muhammad.
Isinya adalah tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hingga Hari Kiamat.
Imam Ja'far al-Sadiq menegaskan dalam sebuah hadis di kitab Usul al-Kafi:
"Demi Allah, di dalamnya (Mushaf Fatimah) tidak ada satu pun huruf dari Al-Qur'an kalian ini."



COMMENTS